SURVEI VEKTOR DAN BINATANG PEMBAWA PENYAKIT SURVEI VEKTOR DBD, MALARIA, PES, DAN DIARE
Oleh Tim Kerja 1 BKK Pontianak
Oleh Tim Kerja 1 BKK Pontianak
Barang bekas dengan air diluar ruangan kerap ditemukan jentik
Hasil Survey Vektor DBD yang menyasar pada jentik nyamuk Aedes spp yang merupakan vektor penyakit Dengue dan Chikungunya, House Index Perimeter di Dwikora, Ketapang, Padang Tikar, dan Supadio melebihi NAB (NAB = 0). Sehingga akan berdampak sama terhadap Container Index Perimeter yang memiliki NAB yang sama (NAB = 0). Terdapat peningkatan angka HI juga dibandingkan dengan bulan Februari tahun 2025 Dwikora dan Supadio, namun terjadi penurunan pada Wilker Ketapang meskipun ketiga lokasi ini masih diatas NAB. House Index Perimeter Kendawangan dan Kijing didapat hasil sesuai NAB yang berarti tidak ditemukan jentik dari survey yang telah dilakukan.
Survey Nyamuk Malam mencatat Nyamuk Culex sp sebagai nyamuk yang paling banyak tertangkap sebanyak 186 ekor, kemudian nyamuk Mansonia sp sebanyak 4 ekor. Tidak ditemukan nyamuk Anopheles sp pada tiap wilker. Meskipun tidak ditemukan nyamuk Anopheles sp yang berperan sebagai vektor malaria, keberadaan nyamuk Culex sp dan Mansonia sp ini perlu untuk diwaspadai karena dapat berperan sebagai vektor Japanese encephalitis (nyamuk Culex sp) dan vektor filariasis (nyamuk Culex sp dan Mansonia sp).
Sebagai bentuk pengawasan terhadap penyakit pes. BKK Kelas I Pontianak telah melakukan pemasangan perangkap tikus dengan hasil sebanyak 22 tikus tertangkap di seluruh wilayah kerja yang dilakukan survei. Supadio dan Dwikora mencatatkan jumlah tikus tertangkap di perimeter terbanyak yaitu 8 ekor, diikuti oleh Padang Tikar dan Ketapang masing-masing 3 ekor dan 2 ekor. Tidak ditemukan keberadaan tikus pada Wilayah Kerja Kendawangan dan Kijing. Variasi angka Success Trap dipengaruhi oleh jumlah perangkap yang dipasang pada perimeter dan buffer serta jumlah tikus yang tertangkap. Success trap melebihi NAB (< 2) terdapat pada wilker Dwikora dan Supadio.
Hasil pengukuran lalat yang merupakan vektor diare dan tifoid menunjukan hasil Wilayah Kerja Supadio melebihi NAB yang ditetapkan (< 2) dengan tingkat kepadatan 2 dengan jumlah lalat yang hinggap saat pengukuran sebanyak 43 ekor. Wilayah Kerja Kijing menjadi lokasi dengan indeks kepadatan terendah yaitu 0,20 dengan jumlah lalat yang hinggap saat pengukuran sebanyak 3 ekor. Kondisi sanitasi tempat pengukuran sangat mempengaruhi tingkat kepadatan lalat.
Hasil pengukuran kecoa yang juga merupakan vektor diare dan tifoid mendapatkan Pelabuhan Kijing menjadi Wilayah Kerja dengan melebihi NAB yang ditetapkan (< 2) yaitu 2,25 dengan jumlah kecoa tertangkap sebanyak 9 ekor. Sementara Wilayah Kerja Supadio menjadi Wilayah Kerja dengan dengan Indeks Populasi Kecoa perimeter terendah yaitu 0,13 dengan kecoa tertangkap sebanyak 1 ekor. Untuk Wilayah Kerja Kendawangan tidak ditemukan kecoa pada lokasi perimeter namun ditemukan kecoa pada buffer sebanyak 1 ekor pada 1 bangunan dari hasil pemasangan 1 buah perangkap.
Baca edisi lengkapnya dalam Buletin SUNMORE 2025 yang memuat laporan pemantauan kesehatan bulanan.